Keunikan Adat dan Budaya di Kete Kesu
![]() |
Rumah Adat Tongkonan di Kete Kesu |
Kete Kesu berjarak sekitar 4 kilometer dari Kota Rantepao, tepatnya di Desa Banoran, Toraja Utara. Upacara adat sering digelar oleh masyarakat sekitar didesa ini, terutama prosesi upacara kematian atau biasa disebut “rambu solo”. Karena keunikan budayanya yang tidak dimiliki oleh desa lain, sehingga Kete Kesu ditetapkan sebagai cagar budaya oleh UNESCO. Kabar ini tentunya cukup menggembirakan untuk potensi pariwisata di Tana Toraja, di mata dunia international.
Di kawasan Kete Kesu terdapat jejeran Tongkonan yang saling berhadapan. Tongkonan sendiri merupakan rumah adat Toraja yang di fungsikan sebagai tempat penyimpanan alang sura atau lumbung padi. Tongkonan-tongkonan di Kete Kesu sendiri mempunyai pahatan dan ukiran yang indah. Didepannya terdapat Tanduk Kerbau yang dipasang sebagai penanda tingginya status sosial pemilik rumah
Tongkonan yang berada di Kete Kesu merupakan warisan yang dimiliki secara turun-temurun. Tongkonan-tongkonan tersebut diperkirakan berumur 300 tahun. Dari segi bangunannya tampak terlihat tua dan berumur, sedangkan atapnya yang terbuat dari susunan bambu sudah ditumbuhi dengan lumut dan daun-daun liar.
![]() |
Makam di Kete Kesu |
Di belakang deretan tongkonan, ada kompleks pemakaman yang berdinding batu kapur. Konon, makam-makam tua di sini berumur hingga 700 tahun. Tulang-tulang dan tengkorak berserakan di dalam gua dan di sekitar pemakaman. Peti-peti mati atau erong dipahat menyerupai bentuk perahu, kerbau, dan babi. Ada juga patene atau makam modern yang berbentuk rumah-rumahan. Puluhan tau-tau yang membisu, terkunci di dalam sebuah ruangan khusus.
Kete Kesu memang salah satu warisan Toraja yang istimewa. Kete Kesu telah menyimpan banyak cerita tentang budaya Toraja.