Mengenal Organisme Endemik di Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta

Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta merupakan kawasan hutan lindung yang menyimpan keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang hidup didalamnya. Kawasan yang berada di Desa Samangki, Kec Simbang, kab Maros ini, terkenal memiliki kekayaan jenis flora dan fauna serta keunikan landscape karst-nya. sehingga membuat kawasan ini sebagai tujuan utama penelitian.

Diantara organisme endemik yang hidup didalam kawasan ini adalah terdapatnya Gugusan Eboni (Diospyros celebica) sejenis kayu hitam yang bernilai tinggi dan Macaca Maura sejenis kera hitam berekor sangat pendek. Dan perlu diketehui, semua organisme endemik tersebut hanya ada di pulau sulawesi.

Mengenal Kayu Eboni (Diospyros Celebica)

Menelusuri Organisme Endemik di Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta
Gambar. Tn-Babul.org
Kayu Eboni (Diospyros celebica Back) atau yang lebih dikenal dengan kayu Hitam adalah salah satu jenis kayu spesifik (asli) Sulawesi yang termasuk jenis kayu mewah (fancy wood) yang tumbuh tersebar di Sulawesi terutama Sulawesi Tengah (Kabupaten Parigi,Poso, Donggala,Toli-Toli, Kolonodale dan Luwuk), Sulawesi Selatan (Kabupaten Maros, Barru, Luwu dan Mamuju) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Minahas dan Bolaang Mongndow). 

Jenis pohon ini sangat digemari oleh masyarakat dunia karena hasil kayu yang dihasilkan berkualitas sangat baik. Terutama pada sisi tekstur, warna kayu dan keawetan kayu. Sehingga jenis kayu ini dapat dijadikan meubel atau barang kerajinan berupa hiasan dinding, patung, ukiran, alat musik, tongkat dan lain sebagainya.

Kayu Eboni ini telah diekspor ke luar negeri semenjak abad ke-18. Dengan pasar utamanya adalah Jepang. Selain itu pasar sekunder dari kayu ini adalah Eropa dan Amerika Serikat. 

Keberadaan kayu eboni dewasa ini, bisa dikatakan sangat memprihatinkan. Karena tingginya tingkat eksploitasi di hutan, yang disebabkan besarnya tekanan terhadap permintaan pasar. Sedangkan perkembangan populasi budidaya pohon ini sangat lambat dan mengalami penurunan tiap tahunnya. 
Sehingga kayu hitam sulawesi telah terancam kepunahannya. 

Macaca Maura (Monyet Hitam) Endemik Sulawesi

Menelusuri Organisme Endemik di Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta
Macaca Maura
Monyet hitam (Macaca maura) merupakan monyet endemik Pulau Sulawesi, dengan tinggi rata-rata 50 cm. Yang membedakannya dengan monyet jenis yang lain yang biasanya memiliki ekor, maka Macaca maura ekornya tidak terlihat, seperti tidak memiliki ekor. Pada bagian ekor, tubuh tidak terselimuti rambut, namun berupa kulit berwarna merah jambu. Pada monyet betina, warna ini lebih tajam dan pada saat kehamilan bagian ini akan membesar dengan warna merah jambu yang semakin tajam.

Monyet hitam ini merupakan binatang diurnal, atau aktif pada siang hari. Mereka mengkonsumsi buah-buahan, pucuk daun, biji-bijian, kuncup bunga, dan lain sebagainya.
  
Macaca maura hidup dalam kelompok terdiri dari 20 – 25 ekor, dipimpin oleh satu individu terkuat. Sekelompok Macaca hidup dalam wilayah teritori seluas 25 hektar, baik dalam mencari makanan maupun bertempat tinggal. 

Saat ini terdapat ratusan kelompok Macaca Maura di Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta. Keberadaan mereka sangat bergantung kepada ketersediaan sumber makanan, tempat hidup dan kelestarian alam. Untuk menemui sekelompok Macaca Maura, dibutuhkan jagawana/pawang dengan tehnik tertentu dapat mengumpulkan monyet keluar dari tempat persembunyiannya.

Laboratorium Alam 

Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta adalah Laboratorium alam yang menawarkan beragam ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang menarik. Dengan kekayaan alam flora dan fauna, dan kehidupan ekosistem endemik. Menjadikan Karaenta sebagai tujuan utama penelitian alam dan ekosistem.

Tercatat, belasan peneliti telah menetap selama beberapa tahun di Karaenta, untuk meneliti monyet yang tak berekor (Macaca Maura). Yang paling terkenal adalah Prof Kunio Watanabe dari Universitas Kyoto. Dia meneliti sejak 1980-an hingga akhir 1990-an. Hasil penelitiannya digunakan pemerintah untuk mempelajari cara-cara pelestarian spesies.

"Selain Watanabe, juga tahun 2010 ada ilmuan dari San Diego University Dr Erin PhD dan peneliti dari Italia, DR Monica,"

Bagi para pecinta lingkungan atau peneliti yang ‘haus’ akan ilmu alam, Kawasan Pengamatan Satwa merupakan tempat yang cocok untuk dikunjungi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengenal Organisme Endemik di Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta"