Berwisata di Pulau Samalona

Makassar terkenal akan kekayaan wisata bahari. Di sana ada dangkalan Spermonde yang terdiri dari beberapa gugus pulau, salah satunya Pulau Samalona.

Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Anging Mamiri ini merupakan kota terbesar di Indonesia Timur. Lokasinya strategis dan bersebelahan langsung dengan selat Makassar, dan di sana terdapat salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia.

Terumbu Karang Pulau Samalona
Terumbu Karang
Sejak zaman dahulu Makassar terkenal sebagai kota perdagangan. Berbagai pedagang datang dari Maluku, Timur Tengah, India, bahkan Cina. Pada tahun 30-an abad ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Para saudagar Cina datang ke Makassar untuk mencari komoditi hasil laut dan hutan.

Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar. Hingga kini Makassar masih erat dengan aktifitas perdagangan dan bahari.

Pesatnya pertumbuhan kota, tak ayal menjadikan Makassar sebagai kota multi etnis. Ini sudah berlangsung sejak pemerintahan Raja Gowa ke-X (1546-1565) yang memperbolehkan berbagai etnis dari nusantara dan berbagai suku bangsa mendirikan kantor perwakilan dagang hingga perkampungan.

Kehidupan sosial-budaya masyarakat yang mulanya terdiri dari etnis Toraja, Bugis, dan Makassar, kini menjadi heterogen. Ada etnis-etnis lain seperti Tionghoa, Melayu, Buton, Jawa, dan Mandar yang datang dan menetap di sana. Keterbukaan warga Makassar terhadap kaum pendatang juga terlihat dengan seringnya pendatang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun wisata.

Latar belakang budaya dan kekayaan alam yang dimiliki Makassar menjadi daya tarik wisatawan. Dari Makassar wisatawan beranjak mengunjungi Tanah Toraja. Yang ingin melakukan city tour biasanya tak melewatkan kunjungan ke Pantai Losari, Benteng Somba Opu, Fort Rotterdam, dan Pulau Samalona. Bagi saya, kunjungan ke Pulau Samalona memberikan pengalaman yang sungguh mengagumkan.

Ada apa di Samalona


Diving di Pulau Samalona
Diving
Merunut kisahnya, Samalona ternyata telah menjadi tujuan wisata sejak zaman Belanda berkuasa. Kamaruddin Daeng Lalo, kepala desa Samalona, mengungkapkan bahwa pulau seluas 2,3 hektar ini pernah dikuasai orang Belanda. Mereka datang untuk berwisata dan menguasainya. Sementara mereka tak menetap di sana, pasangan suami istri Hamja Daeng Rurung dan Daeng Ngalang dipercaya sebagai penjaga pulau.

Setelah kemerdekaan Indonesia, pasangan suami istri tersebut menetap di pulau Samalona dan menjadi penduduk pulau. Mereka memiliki tujuh anak yang tinggal turun temurun dan menjadi penduduk tetap Samalona hingga saat ini. Mereka pula yang saat ini terus merawat keberlangsungan pulau, kampung penduduk di atasnya, dan area wisata bahari di sekitar pulau.

Di Samalona terdapat 16 rumah dengan 12 kepala keluarga. Sebagian besar mereka masih berdarah asli Makassar. Sebagian lainnya sudah bercampur dengan etnis lain. Para penduduk ini tinggal di rumah panggung tradisional, dan sebagian lainnya di bangunan rumah modern.

Walau dikelola secara swadaya oleh penduduk setempat, kecantikan Samalona mengagumkan, baik di atas pulau, maupun di dalam lautnya. Tak ayal, pulau ini menjadi tempat wisata yang diunggulkan oleh pemerintah daerah setempat. Selain dapat berkunjung ke pulau, menikmati pemandangan alam, serta mengamati kehidupan warga setempat, wisatawan juga dapat melakukan wisata bahari di perairan laut sekitar pulau.

Di pesisir pantai kita dapat melakukan snorkeling atau diving. Urusan bermalam, jangan khawatir. Jika berminat, kita bisa menginap di rumah-rumah penduduk. Mereka juga bersedia memasakkan makan siang beragam olahan hasil laut bagi Anda. 

Kariani A. Budiani | Foto. Kariani A. Budiani 

Subscribe to receive free email updates: